1. JUDUL ARTIKEL : Penerapan Supply Chain Management (SCM) di HYPERMARKET CARREFOUR
Sumber Artikel http://frankyhaloho.wordpress.com/2009/05/24/penerapan-supply-chain-management-scm-di-carrefour/
2. Gambaran
Umum Perusahaan
Hypermarket Carrefour Internasional
Perusahaan
dagang Carrefour dibentuk tahun 1959 oleh keluarga Fournier dan Defforey,
disusul dengan pembukaan supermarket Carrefour setahun kemudian di kota
Annecy, wilayah sebelah timur Prancis. Penemuan konsep swalayan baru “hypermarket”
oleh perusahaan ini pada tahun 1963 direalisasikan dengan pembukaan hypermarket
Carrefour di Sainte-Genevieve-des-Bois, suatu kawasan di kota Paris, dengan
menempati lahan seluas 2500 m2 yang memuat 400 buah areal parkir dan 12 jalur kasa
pembayaran.
Tahun 1973, Carrefour membuka cabang pertama
di luar negeri, yaitu di Spanyol. Dilanjutkan dengan pembukaan cabang di Brazil
pada tahun 1975, Argentina pada tahun 1982, Italia pada tahun 1993. Pembukaan
cabang Carrefour untuk kawasan Asia pertama kali dilakukan di Taiwan pada tahun
1989, kemudian di Malaysia pada tahun 1994, Cina pada tahun 1995, Singapura
pada tahun 1997, Indonesia pada tahun 1998, dan Jepang pada tahun 2000. Pada
penghujung tahun 1999, Carrefour dan Promodes4 (induk perusahaan
Continent, merek dagang paserba dari Prancis) sepakat melakukan penggabungan
atas semua usahanya di dunia. Penggabungan ini membentuk suatu grup usaha ritel
terbesar kedua di dunia dengan mamakai nama Carrefour. Kartu belanja Carrefour
‘la carte Pas’ diperkenalkan pada tahun 1981, diikuti dengan peluncuran
program asuransi Carrefour pada tahun 1984, dan peluncuran produk-produk
menggunakan merek dagang Carrefour pada tahun 1985. Website Carrefour.fr diluncurkan
pada tahun 2000.
Hypermarket Carrefour Indonesia
Carrefour Indonesia dibuka pertama kali pada
bulan oktober 1998 di kawasan cempaka putih, Puri Indah, Jakarta Barat, pada
tanggal 12 Juni 2002, dengan menempati lahan seluas 8100 m2 yang memuat 500
buah areal parker, 21 buah toko, dan mempekerjakan sebanyak 480 pegawai. Hingga
kini Carrefour memiliki 17 (tujuh belas) paserba yang tersebar di Jakarta,
termasuk diantaranya di kawasan Cempaka Putih dan Puri Indah, Mega Mal Pluit,
ITC Cempaka Mas Mega Grosir, Ratu Plaza, Duta Merlin, Lebak Bulus, MT Haryono,
Pasar Pestival, ITC Kuningan, dan satu cabang di kota Bandung.
Carrefour Indonesia memiliki 17 (tujuh belas)
store yang tersebar di Jakarta yang didukung oleh 7500 (tujuh ribu lima ratus)
profesional yang siap melayani para konsumen. Fokus pada konsumen ini
diterjemahkan dalam 3 pilar utama Carrefour, yang diyakini akan dapat membuat
Carrefour menjadi pilihan tempat berbelanja bagi para konsumen Indonesia.
Ketiga pilar utama tersebut yaitu ; harga yang bersaing, pilihan yang lengkap,
dan pelayanan yang memuaskan.
Strategi positioning Carrefour adalah Hypermarket
dengan harga yang paling murah diterjemahkan ke dalam tagline “Ada
yang Lebih Murah, Kami Ganti Selisihnya.” Lewat statement positioning ini,
Carrefour menjamin tidak ada ritel lagi yang harganya lebih murah dari
Carrefour. Strategi ini berhasil menghantarkan Carrefour menjadi peritel yang
paling digemari di seluruh Indonesia sehingga Carrefour bisa mencapai omset Rp.
1 millar per hari per outlet. Riset ACNielsen menunjukkan di Jakarta pada
dua tahun lalu Carrefour memiliki Store Equity Index (SEI) tertinggi
2,4. Angka SEI menunjukkan tingkat preferensi konsumen terhadap toko yang
bersangkutan. Index SEI berkisar 1-10. Angka 1 menunjukkan tingkat preferensi
rendah. Survey ACNielsen tahun 2005 menunjukkan bahwa secara umun Carrefour
dipersepsikan sebagai toko yang menyediakan aneka kebutuhan dengan harga paling
murah diikuti oleh Alfamart dan Indomaret dan tahun 2006, Carrefour masih
menjadi leader dalam format hypermarkert.
3. Jaringan Perusahaan
yang ada pada rantai pasok perusahaan tersebut
SCM sebenarnya sudah dikembangkan ketika
Carrefour baru memiliki beberapa gerai. Pada saat itu SCM yang dikembangkan
masih sangat sederhana. Fungsinya hanya untuk membantu proses penerimaan barang
di gerai. Selain itu, masih fokus pada barang pangan siap saji. Pengembangkan SCM mulailebih dikembangkan
sejak Juli 2007.
Konsep paserba merupakan konsep perdagangan
eceran yang diciptakan oleh Carrefour yang dirancang untuk memuaska para
konsumen. Carrefour menjual produk-produk yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan konsumen, yaitu dari produk makanan, barang-barang kebutuhan pribadi,
alat-alat telekomunikasi, sarana
penunjang hiburan, sampai produk perlengkapan dan peralatan rumah tangga.
Produk yang dijual di tiap gerai Carrefour berasal dari berbagai pemasok atau
distributor dari berbagai perusahaan yang dikemas dalam lima bagian yaitu Grocery,
Fresh, Bazaar, Appliances, Textiles, dan produk Carrefour (Nomor 1).
Pemasok terbesar adalah perusahaan P & G (Protect and Gamble).
Produk-produk yang ditawarkan berasal dari dua jenis sumber yaitu :
a. Produk
Carrefour Indonesia, yaitu produk yang disediakan oleh perusahaan sendiri
dengan Private Label (PL) “Nomor 1 Paling Murah”
b. Produk
Konsinyasi, yaitu produk yang berasal dari pemasok ataupun
distributor-distributor yang menyewa gerai Carrefour untuk menjual produk
mereka dengan sistem bagi hasil. Jika dalam waktu yang telah disepakati produk
tidak terjual maka pemasok harus memberikan diskon sampai tingkat tertentu.
4. Perangkat Lunak
dan Modul yang digunakan pada penerapan SCM
Aplikasi ternama khusus untuk rantai pasokan dan sekaligus mampu
menjalankan warehouse management system, yakni InfoLog. Dengan InfoLog, semua
proses dalam rantai pasokan bisa diintegrasikan. Selain itu, sistem ini
memudahkan kolaborasi Carrefour dengan para pemasok – walaupun diakui Irawan,
belum semua pemasok terintegrasi.
Rantai pasokan yang dibangun Carrefour ini berdasarkan perhitungan
tingkat optimasi dari pabrik atau pemasok sampai ke rak (shelf) gerai. Hal ini
membutuhkan analisis dari setiap jenis produk dan supply chain pemasok. Metode
yang dipakai Carrefour untuk SCM ini dengan menerapkan proses just-in-time
(JIT) di pusat distribusi (Distribution Center/DC), yang disebut Cross Dock.
Tujuannya untuk mengefisienkan proses sehingga tidak diperlukan adanya stok di
pusat distribusi. Jadi ketika pemasok mengirim barang hari ini ke DC Carrefour
di Pondok Ungu dan Lebak Bulus, maka keesokan harinya barang itu sudah terkirim
ke gerai-gerai. Singkatnya, metode Cross Dock memungkinkan prosesnya lebih
transparan dalam distribusi produk karena tidak ada produk yang terdegradasi
(tertinggal) di gudang. Pada dasarnya fungsi DC kan untuk meredistribusi
produk, bukan untuk menyimpan produk. Jadi melalui Cross Dock kami mengembalikan
DC ini ke fungsi sebenarnya.
Selain itu rantai pasokan yang dikembangkan Carrefour ini bukan
hanya berdasarkan proses pergerakan fisik produk, melainkan memperhatikan pula
aliran informasi. Selain itu juga mempertimbangkan penyederhanaan dokumentasi
untuk penagihan dari pemasok dan pembayaran oleh Carrefour. Maklum,
keberhasilan rantai pasokan di peritel sangat ditentukan oleh aliran informasi
dari gerai sampai ke pemasok, dan sebaliknya, disertai sinkronisasi data kedua
pihak. Carrefour membangun rantai pasokan dengan mengandalkan dukungan pemasok
terhadap efisiensi yang diciptakan dalam rantai pasokan.
Dikembangkan juga Central Order Pool (COP), di mana proses
pengorderan dilakukan secara otomatis dan terpusat berdasarkan posisi stok di
gerai dan parameter-parameter lain. Untuk melakukan pemesanan barang dengan
seluruh pemasok, Carrefour menggunakan sistem Electronic Data Interchange
(EDI). Jika order sudah diterima, pemasok bisa menerimanya melalui Web. Ada
pula pemasok yang sudah mengintegrasikannya dengan sistem ERP mereka.
Selanjutnya, mereka menyampaikan (submit) order itu ke pabriknya, lalu barang
pun dikirim ke DC Carrefour.
Rantai pasokan yang tersentralisasi itu memberi beberapa
keuntungan, baik bagi Carrefour maupun pemasok. Bagi Carrefour, keuntungan
utamanya perbaikan ketersediaan produk di gerai. Menurutnya, hal itu sebenarnya
juga merupakan keuntungan bagi pemasok, karena menghilangkan lost of sales yang
diakibatkan produk tidak tersedia. Keuntungan lain bagi pemasok adalah proses
yang lebih sederhana, karena hanya memproses satu order. Pemasok juga hanya
perlu mengirim produk ke satu titik, sehingga lebih menghemat biaya dibanding
mengirim produk ke seluruh gerai. Pemasok pun akan merasakan penghematan biaya
pengiriman, ketersediaan produk yang lebih terjamin, dan terjaganya kinerja
pemasok di Carrefour dalam hal service level.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar